Dalam arus deras kehidupan akademik hari ini, mahasiswa sering kali terjebak dalam rutinitas belajar yang mekanis — membaca untuk ujian, menulis untuk nilai, dan berpikir hanya sebatas instruksi dosen. Padahal, esensi dari dunia kampus adalah pembebasan pikiran. Di sinilah buku “Madilog” karya Tan Malaka menjadi penting untuk dibaca dan dipahami oleh setiap mahasiswa Indonesia.
Tan Malaka, seorang pemikir revolusioner yang lahir dari rahim bangsa terjajah, menulis Madilog bukan sekadar sebagai teori filsafat, melainkan sebagai ajakan untuk menggugat cara berpikir lama yang dogmatis dan irasional. Madilog singkatan dari Materialisme, Dialektika, dan Logika menjadi fondasi berpikir ilmiah yang menolak takhayul dan menggantinya dengan rasionalitas serta metode berpikir yang kritis.
Mahasiswa hari ini membutuhkan Madilog bukan karena ingin menjadi filsuf, tetapi agar mampu menjadi manusia merdeka dalam berpikir. Dalam suasana pendidikan yang sering menekankan hafalan, Madilog mengajarkan keberanian untuk bertanya “mengapa” dan “bagaimana”, bukan sekadar menerima “apa adanya”.
Tan Malaka ingin kita memahami bahwa kemajuan bangsa hanya lahir dari pikiran yang logis dan terbuka terhadap perubahan. Ia menulis dengan semangat revolusioner bahwa logika adalah senjata, ilmu adalah peluru, dan pikiran bebas adalah amunisi bagi perjuangan bangsa.
Bagi mahasiswa, membaca Madilog berarti melatih diri berpikir secara sistematis dan ilmiah. Artinya, setiap persoalan baik sosial, politik, hukum, maupun ekonomi tidak diselesaikan dengan emosi atau dogma, melainkan dengan analisis yang berbasis logika dan data.
Di tengah derasnya arus informasi dan opini yang bercampur hoaks di media sosial, Madilog justru menjadi penawar: mengajarkan disiplin berpikir, kesabaran dalam memahami, dan keberanian dalam menyimpulkan.
Sebagaimana kata Tan Malaka, “Pendidikan yang sejati adalah memerdekakan manusia dari kebodohan dan ketakutan.”
Maka, membaca Madilog bukan hanya membaca buku tua, melainkan membangkitkan kembali kesadaran intelektual mahasiswa untuk berpikir, bertindak, dan berjuang dengan dasar ilmu dan logika.
Penulis: Bahrusyofan Hasanudin Mahasiswa Lumajang

%20(1).png)