![]() |
| Dok: screnshot |
Menanggapi Pernyataan bahwa kader Kopri yang memilih tidak mengenakan hijab dapat mengurangi nilai keislaman yang beredar di media sosial Minggu 21/9/2025 adalah keliru dan berpotensi menimbulkan pemahaman yang sempit tentang Islam. Hal ini perlu diluruskan agar teman teman seperjuangan, persahabatan tidak terjebak dalam reduksi nilai agama hanya pada aspek simbolik semata.
Keislaman Tidak Hanya Terletak pada Simbol Lahiriah
Islam adalah agama yang komprehensif. Ukuran keislaman seseorang tidak semata-mata diukur dari pakaian, tetapi dari akhlak,keyakinan,usaha dan perbuatan, serta ketakwaan kepada Allah SWT. Rasulullah ï·º bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat hati dan amal kalian.”
(HR. Muslim no. 2564)
Hadis ini menegaskan bahwa penampilan luar bukanlah tolok ukur utama. Apa yang ada di hati dan diwujudkan dalam amal jauh lebih penting di hadapan Allah.
Takwa Sebagai Ukuran Kemuliaan
Dalam Al-Qur’an Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.”
(QS. Al-Hujurat: 13)
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa standar kemuliaan dan keislaman bukanlah hijab semata, tetapi takwa yang tercermin dari ketaatan, kejujuran, serta kontribusi nyata dalam menegakkan nilai-nilai Islam.
Larangan Menghakimi Iman Orang Lain
Lebih jauh, Allah memperingatkan umat Islam agar tidak mudah menghakimi keimanan orang lain.
“Dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan salam kepadamu, ‘Kamu bukan seorang mukmin’...”
(QS. An-Nisa: 94)
Ayat ini memberi pesan bahwa menilai keimanan orang lain hanya berdasarkan hal lahiriah, apalagi sekadar penampilan, adalah tindakan yang keliru dan dilarang dalam Islam.
Hijab sebagai Kewajiban, Bukan Ukuran Totalitas Keislaman
Benar bahwa mengenakan hijab adalah kewajiban syar’i bagi setiap muslimah, sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nur: 31 dan QS. Al-Ahzab: 59. Namun, ketidakpatuhan dalam satu kewajiban tidak berarti menghapus keislaman seseorang. Banyak muslimah yang mungkin masih berproses dalam memahami dan mengamalkan syariat. Justru pendekatan penuh hikmah, nasihat yang lembut, dan pembinaan yang berkesinambungan lebih sesuai dengan semangat Islam ketimbang menghakimi.
Menilai kualitas keislaman kader Kopri hanya dari hijab adalah penyempitan makna Islam. Pergerakan mahasiswa Islam seharusnya menekankan substansi: kejujuran, kepedulian sosial, keberanian melawan ketidakadilan, serta kontribusi nyata bagi umat. Hijab memang penting, tetapi ia bukanlah satu-satunya indikator keislaman dalam pergerakan.
Dengan demikian, pernyataan tersebut jelas keliru. Islam lebih luas dan lebih dalam daripada sekadar simbol. Nilai keislaman harus diukur dari akhlak, amal, dan ketakwaan yang tercermin dalam keseharian, bukan hanya dari pakaian.
Penulis: Bahrusyofan Hasanudin Aktivis Mahasiswa Kabupaten Lumajang

